Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 28 Juli 2009

Kesabaran tidak ada batasnya

Kalau bicara tentang kesabaran apakah atau dimanakah batas kesabaran itu? Apa bedanya orang sabar dengan goblok? . Jika istri terus menerus dikhianati oleh suaminya dan terus menerus memaafkan apakah ini yang namanya sabar? Atau ini yang namanya goblok, tidak bisa melihat bahwa tidak ada gunanya memaafkan suami yang terus menerus berhohong kepada kita.

Ketika kita mengetahui bahwa suami berbohong yang pertama kita lakukan adalah mengungkapkan dan membicarakan kebohongan itu dengan fakta yang ada, jangan ditambah jangan dikurang. Jangan ditambah karena biasanya saking emosi kita membuat suatu kesimpulan atau tuduhan yang berlebihan dengan berdasarkan fakta yang ada. Jika kita berlebihan menambah tanpa dasar yang kuat, maka suami malah menjadi mempunyai alasan untuk menganggap kita berhalusinasi dan mementahkan fakta dan data yang ada Jangan dikurangi, maksudnya jika fakta yang ada begitu gamblang dan banyak tapi kita hanya mengatakan sedikit karena tidak tega atau kita sendiri tidak kuat menghadapi kenyataan itu. Banyak perempuan yang tidak mampu mengungkapkan fakta kepada suaminya karena ia sendiri menghindari atau menipu dirinya dengan tidak mau mempercayai fakta ini. Jika ini yang terjadi, maka suami biasanya menganggap istri hanya tahu sedikit dan dia masih berada dalam piosisi aman untuk meneruskan penyelewengannya . Jadi kemukakan fakta sesuai dengan data yang ada dan kemukakan dengan tenang walaupun tidak dapat dihindari akan ada airmata dan kemarahan ,

Jika akhirnya pasangan bercerai, maka alasan yang dipakai biasanya “sudah sampai batas kesabaran, sudah tidak bisa lagi bersabar menerima kebohongan terus menerus:. Masalah selesai dan masing-masig pihak menjalani hidup sendiri.Bagi istri atau suami yang masih bisa bersabar menerima kebohongan pasangannya, maka ini yang disebut bahwa kesabaran itu tidak ada batasnya. Mempertahankan keutuhan rumah tangga dengan usaha yang terus menerus dengan jalan baik adalah “jihad”. Suami atau istri yang kebetulan istri atau suaminya sedang tergoda kepada pihak lain, atau mempunyai sifat yang buruk sekali seperti berbohong, berjudi, selingkuh, mempunyai pilihan untuk bersabar atau menyelesaikan masalah dengan berpisah.Jika mereka mau melakukan ”Jihad” atau bejuang dijalan Allah, maka itu lebih baik.

Jangan berfikir bahwa hanya suami atau laki-laki saja yang selalu melakukan perselingkuhan, berbohong atau sifat jelek lainnya. Ada surat pembaca disuatu acara konsultasi keluarga, dimana seorang anak bertanya ”apa yang harus dilakukan jika ibunya selalu berbohong, sering pergi kedukun dan selingkuh?. Anak itu kasihan kepada ayahnya yang dengan sabar mencoba mempertahankan rumah tangganya. Ada juga kenalan yang mempunyai istri yang senang berjudi dan selingkuh. Sejak muda istrinya tidak pernah mengurus rumah dan anak-anak, ia sering berjudi dan selingkuh dengan laki-laki lain. Uang belanja dan barang-barang yang ada dirumah sering dijual untuk keperluan judi. Kalau kalah ia marah dan kalau ditegor istrinya lebih galak, bahkan sering mengamuk memecahkan barang atau memukul suaminya. Suaminya sabar, bahkan pada saat pensiun sebagian besar uang pensiunnya habis untuk melunasi hutangnya..sekarang dimasa tuanya kenalan tadi tetap bekerja untuk diriya sendiri mencari kesibukan, anak-anaknya sudah bekerja dan mentas, jadi bebannya sudah agak ringan. Ada juga perempuan yang sudah mempunyai suami pejabat, terhormat, dikarunia anak yang pintar, cantik, ganteng, bahkan sudah mantu. Tapi mau menukar kehormatan, kemuliannya sebagai perempuan dan ibu dengan nafsu, maksiat dan zina. Dengan alasan sakit hati karena suaminya selingkuh, maka ia membalas juga dengan selingkuh. Akhirnya keluarganya berantakan, ia dicerai, anak-anaknya marah dan sekarang hidup menjanda tanpa anak dan suami, sedngkan laki-laki selingkuhannnya adalah suami orang yang tidak akan mau menukar istri dan keluarganya demi perempuan yang telah menjual dirinya dengan murah itu.

Ada istri siri yang sudah mempunyai anak dua, akhirya ditinggal oleh suaminya kembali kepada istri tuanya. Ia ditelantarkan, tanpa diberi nafkah bahkan tidak diurus anak-anaknya. Akhirnya ia datang kerumah istri tuanya dan menyerahkan anak-anaknya yang waktu itu berumur 3 dan 5 tahun kepada istri tuanya. Ditinggalkan saja anak-anak itu tanpa pernah ditengok dan dihubungi sampai akhirnya istri muda itu meninggal dunia. Jadi kedua anak tadi menganggap ibu tirinya adalah ibu kandung mereka dan sampai mereka kawin dan mentas diurus oleh ibu tirinya. Sungguh sangat jarang perempuan yang mau mengurus dan membesarkan anak-anak dari madunya yang sebenarnya menyakiti dan menghancurkan perasaannya. Ada juga suami istri yang bercerai karena suaminya kawin lagi, padahal istrinya adalah seorang pejabat yang sebenarnya selain menjaga rumah tangganya dengan baik juga membantu ekonomi keluarga. Dengan kesabaran dan doa Allah memberikan jalan keluar dengan mencabut nyawa istri mudanya itu lebih dahulu. Sekarang dalam usia memasuki pensiun, mereka kembali lagi bersama, berbahagia membina rumah tangga kembali.

Memang sabar dan terus menerus berjihad dijalan Allah dalam upaya mengembalikan pasangan kejalan yang benar adalah perjuangan yang sangat berat. Banyak orang yang putus asa dan tidak mau bersabar dalam menghadapi cobaan, apalagi jika cobaan itu datang dalam bentuk penghianatan dalam perkawinan. Berapa banyak nyawa melayang akibat ruwetnya hubunga cinta yang terlarang. Suami membunuh istrinya atau istri meracuni suaminya, bahkan ada kasus dimana istri bunuh diri bersama dengan anak-anaknya karena suami kawin lagi. Bersabar mempertahankan keutuhan keluarga bukan perbuatan bodoh, tapi jihad yang memang harus kita lakukan semaksimal mungkin. Insya Allah suatu saat pasangan kita akan sadar dan menjadi jauh lebih baik lagi kepada keluarganya jika hidayah itu datang.

Tidak ada komentar: