Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 04 Mei 2009

Perempuan dan Mistik

Dalam banyak cerita hantu , perempuan mempunyai peranan mendominasi dunia perhantuan. Dalam legenda Indonesia hantu perempuan adalah kuntilanak, wewe gombel, Nyi Blorong, Ratu pantai Selatan, mak lampir. Sedangkan hantu laki-laki lebih sedikit misalnya pocong, buto ijo dan kalau di dunia barat drakula. Apakah di zaman yang modern ini kita masih percaya hal yang sifatnya mistik?. Kalau ditanya mungkin tidak mengaku percaya, tapi dalam kenyataannya film horor laku keras dari masa kemasa. Kalau saya tidak mau tuh nonton film horor, masa bayar tiket bioskop untuk ditakutin, apa enaknya, lebih baik melihat film romantis, petualangan atau komedi, dimana begitu film selesai kita pulang dengan bahagia.

Ketika anak-anak kita juga sering ditakut takuti oleh ibu kita tentang banyaknya hantu yang berkeliaran kalau magrib dan malam hari. Rupanya menurut ilmu metafisika dan juga menurut agama, setan dan jin itu keluar pada saat pergantian waktu dari siang ke malam, ya pada saat menjelang dan sesudah magrib.jadi ada benarnya para orang tua melarang anaknya bermain diluar rumah pada saat itu.

Kembali ke masalah mistik, dimana kita percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dan jin untuk beribadah kepada Ku (Allah). Jadi memang makhluk gaib itu ada dan bagian dari kehdupan kita. Yang sering salah diartikan adalah kadang manusia dalam keadaan kepepet atau terpaksa meminta bantuan dukun untuk memecahkan masalahnya. Padahal dukun itu meminta bantuan setan , dan kedudukan setan dibandingkan dengan manusia lebih rendah. Hanya manusia bodoh saja yang percaya kepada dukun yang menjanjikan penyelesaian suatu masalah dengan cepat. Minta bantuan dukun merupakan jalan pintas, dimana manusia sedang kehilangan akal sehatnya.

Perempuan yang takut tidak mendapatkan jodoh memasang susuk atau ajian pengasih agar cepat dapat jodoh. Begitu juga yang suaminya sedang diganggu perempuan lain, pergi kedukun minta bantuan agar suami kembali. Dilain pihak perempuan simpanan suaminya juga menggunakan dukun agar selingkuhannya lengket dan meninggalkan istrinya. Ada yang berhasil membutakan pasangan selingkuhnya atau suami yang dinikahi karena harta, mereka mendapatkan limpahan harta dari suaminya karena laki-laki itu bagaikan buta dan patuh total segala kehendak perempuan itu. Mereka berhasil mengeruk harta sebanyak-banyaknya selagi laki-laki itu masih dibawah pengaruh kekuatan susuknya.

Ada juga yang mau membuka usaha pergi ke dukun untuk mendapatkan air atau ajian agar usahanya lancar. Supaya lawan bicara terpikat dan percaya bahwa kita bonafit, maka kita pasang susuk atau membuka aura. Dengan susuk atau aura, maka wibawa terpancar dan orang seakan kagum dan akan memberikan pekerjaan kepada kita. Kalau mau jual rumah atau mobil maka ada ajian lain yang membuat barang yang kita jual cepat laku. Ada teman yang dongkol setengah mati dengan salah satu warung makan. Ia makan disana karena melihat begitu banyak orang antri dan makanannya cepat saji tradisional sunda. Dia hanya makan ayam 1, tempe 1 dan es teh manis, ternyata harus membayar Rp 30.000. Padahal dia mau irit dan makan di warung yang kelihatannnya sederhana dan sekelas warteg. Walau dia protes tapi sudah terlanjur dimakan, dan hanya dia sendiri yang protes. Komentarnya mungkin pake dukun warung itu, sebab mahal, ga enak, panas dan sempit tapi pembelinya antri sekali.Dalam politik kantor juga ada perempuan yang menggunakan kekuatan dukun untuk membuat atasannya sayang sama dia. Menjadi kesayangan boss akhirnya membuat karirnya cepat naik, walau mungkin kompetensinya tidak memadai.

Menurut teman yang belajar metafisika, bahwa jika kita memakai susuk berarti memasukan benda asing kedalam tubuh. Dalam waktu yang lama, maka akan ada penolakan secara alamiah terhadap benda asing tadi. Susuk berupa berlian atau apa saja akan merusak jaringan syaraf . Sebenarnya tidak ada yang ”instan” untuk mencapai sesuatu, tetapi banyak perempuan yang gamang dan kurang percaya diri untuk mencapai cita-citanya dengan usahanya sendiri. Dalam pernyataan para dukun yang sudah tobat, mereka mengatakan bahwa sebenarnya efek atau hasil dari kekuatan dukun yang dibantu setan hanya bersifat sementara, dukun hanya mensugesti agar pasiennya percaya dan bertambah percaya dirinya. Jadi jangan percaya dukun, tetaplah berusaha dan bekerjja keras dalam mencapai cita-itamu. Jangan lupa juga membaca tanda-tanda jika keluarga kita mungkin terkena ilmu gaib, katanya tanda-tandanya suka marah dan selalu gelisah atau sakit terus menerus yang tidak dapat di deteksi oleh dokter. Jika ini terjadi tidak ada salahnya meminta bantuan orang yang punya kelebihan, lebih sensitif, lebih tau agar dapat menolong kita, setelah secara akal sehat dengan pergi ke dokter tidak dapat kita selesaikan.

Perempuan Bekerja

Dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang ahli agama yang terkemuka dikatakan bahwa jika suami kita dapat mencukupi kebutuhan keluarga seharusnya perempuan tidak perlu bekerja mencari penghasilan tambahan. Keberkahan sebuah rumah tangga bukan dikarenakan banyaknya uang yang dihasilkan berdua, tapi lebih berkah jika hanya suami saja yang bekerja. Jika saja pemerintah membayar gaji yang cukup kepada para suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya atau memberikan gaji kepada perempuan yang mau mengurus anaknya dirumah, maka persoalan dalam rumah tangga akan tidak ada. Perempuan menjalankan fungsinya sebagai penjaga dan tiang rumah tangganya sedangkan suami mencari nafkah. Perempuan yang tinggal dirumah dapat mengurus anak dan suaminya dengan tenang, sehingga tercipta suasanan rumah tangga yang rukun, damai penuh cinta kasih.

Ketika perempuan mulai meninggalkan rumah mencari uang sendiri dengan mengatas namakan karir dan persamaan hak, maka mulailah timbul masalah. Dari segi pendapatan memang meningkat yang tadinya hanya bergaji Rp 3 juta ditambah Rp 3 juta lagi menjadi Rp 6 juta. Tapi ingat pengeluaran juga bertambah, uang yag tadinya Rp 3 juta dicukup-cukupkan untuk keperluan keluarga menjadi dirasa kurang ketika penghasilan bertambah. Adanya kebutuhan untuk transportasi lebih, jika tempat kerja berbeda, anggaran untuk sarapan (kalau tidak sempat sarapan dirumah), makan siang, makanan kecil ekstra untuk sore hari, anggaran untuk pembantu, baby sitter dan konsumsi untuk mereka yang ikut kita menjadi biaya yang kurang diperhitungkan pada awal mulanya. Belum lagi biaya untuk perlengkapan bekerja, mulai dari baju, tas, sepatu, kosmetik, HP,laptop dan biaya ke salon, pijat karena stress, dll. Uang yang tadinya terlihat banyak malahan dengan perempuan bekerja menjadi kurang.

Idealnya memang jika suami dapat mencukupi kita tidak usah bekerja diluar rumah, terutama ketika anak-anak masih balita (bawah lima tahun) yang merupakan ”golden age” tahun emas, dimana mereka menyerap hampir 80 % dari segala sesuatu disekitarnya. Masa ini sangat penting karena akan mempengaruhi kecerdasan mereka dimasa yang akan datang dari segala segi, intelektual, emosional dan spiritual Jadi sangatlah salah jika dalam masa penting dan rentan ini mereka diserahkan kepada orang yang kualitasnya lebih rendah dari kita, misalnya pembantu rumah tangga. Jika pengasuhan diserahkan kepada orang tua atau saudara yang mempunyai kualitas yang setara dengan kita, maka masih dapat diterima.

Dalam kenyataannya hidup di dunia ini tidak ada yang ideal, segala ketidak adilan, masalah, penderitaan , akan selalu mengiringi langkah kita.Untuk mereka yang tidak beruntung bekerja adalah suatu keharusan, jika tidak bekerja maka tidak bisa makan. Mereka hanya sekedar bertahan untuk hidup. Banyak perempuan yang stress karena harus memikul beban ganda, sebagai ibu rumah tangga dan juga harus bekerja mencari nafkah. Ada yang suaminya di PHK sehingga beban keluarga menjadi berada dipundaknya. Keadaan menjadi makin parah jika suami yang tidak bekerja tidak mau menyingsingkan tangan membantu urusan rumah tangga.

Keadaan ini bukan saja terjadi dilingkungan keluarga miskin, tapi juga di keluarga yang kaya. Perempuan dari kalangan keluarga kaya mendapat pendidikan bagus sehingga mereka juga mendapatkan pekerjaan yang bagus. Karena keadan ekonomi baik, maka tidak terlihat bagaimana bentuk penderitaan mereka, atau walau menderita tapi mereka tetap mempunyai uang banyak. Kalau dipikir dan dapat memilih tentu saja mereka juga ingin bahagia, sebab uang tidak akan dapat membeli kebahagiaan..Banyak perempuan perkasa macam ini harus berjuang sendiri memikul beratnya beban kehidupan, Untuk urusan domestik, uang mereka dapat menggaji pembantu, sopir dan penjaga anak yang terbaik, tapi tetap saja jiwa mereka kering dan haus kasih sayang. Para suami parasit ini jelas sudah terbiasa hidup enak, mereka tidak mau susah walaupun sebenarnya mereka tidak punya pekerjaan yang jelas. Kerjanya nongkrong di café, lobby sana sini dan bergaya dengan segala fasilitas orang tua atau istrinya.

Ada teman yang pintar, cantik dan dari keluarga kaya, mempunyai suami yang memilih profesi tidak jelas, bergonta ganti profesi. Setiap kali gagal istrinya turun tangan menyelesaikan semua masalah baik moril maupun materil Orang tua perempuan sampai jengkel sekali sebab tagihan kartu kredit untuk membiayai gaya hidup glamor masih dibayarkan mertuanya. Teman tadi mungkin cinta setengah mati atau sudah menerima takdirnya dengan ikhlas. Saya pernah kerumahnya dia sedang masak banyak sekali, saya pikir ada acara apa, rupanya memang suaminya sedang dalam program pembentukan badan jadi hanya boleh makan daging saja. Suami yang tidak jelas pekerjaan dan pendapatannya ini bagai raja diladeni dan diberikan makanan yang terbaik oleh istrinya. Saya dengar anaknya menangis keras sedangkan teman saya sedang sibuk memasak, ayahnya yang dekat anak tadi sedang menonton TV tidak perduli dengan tangisan anaknya.Pernah dalam keadaan susah tidak punya mobil, sang suami tidak pernah mau naik bis, maunya taksi, bahkan tidak mau memanggilkan taksi, jadi sang istri dengan sabar berdiri dipinggir jalan memanggilkan taksi buat sang raja tega.Perempuan begitu ikhlasnya mencari nafkah, meladeni suami, mengurus anak, sementara sang raja tega dengan tenangnya hidup senang tanpa perduli bagimana membantu istrinya mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Jika saja perempuan berada dirumah dan memberikan kesempatan bekerja kepada laki-laki, maka mungkin keadaan akan menjadi lebih baik. Tapi bagaimana dengan emansipasi, dengan persamaan hak, dengan investasi yang telah ditanamkan dalam bentuk pendidikan, apakah dengan tidak bekerja ia menjadi sia-sia hidupnya? Tidak jika ia ikhlas menerima dan menjalankan perannya sebagai sumber kasih sayang dan pengetahuan bagi keluarganya, maka ia akan bahagia menjalankan kehidupannya. Kalau saya ingat perjalanan hidup saya rasanya dulu pada saat anak-anak masih kecil dengan pendapatan kita yang serba pas tetap membuat kita bahagia. Saya bekerja sebagai asisten dosen dengan honor yang kecil, jualan segala macam peralatan rumah tangga dengan sistem 10: 1, artinya laku 10 saya dapat 1. Dengan begitu saya dapat menghemat pengeluaran dengan tidak membeli barang-barang seperti kompor, piring, karpet, gelas, dll. Karena saya hanya bekerja beberapa jam seminggu, maka banyak waktu dipergunakan untuk bermain dengan anak sambil belajar bagaimana berumah tangga. Setiap sore sehabis anak mandi, berjalan-jalan keliling komplek sambil menunggu suami pulang. Rasanya bahagia sekali melihat papanya pulang, kadang membawa martabak atau buah sebagai oeh-oleh.

Seiring perjalanan waktu, begitu anak pertama berumur 8 tahun dan anak kedua berumur 3 tahun saya mulai bekerja full time sebagai manager disebuah bank asing. Lompatan yang sangat besar dari seorang free lancer menjadi manager perusahaan besar dengan segala fasilitasnya. Gaji besar, jatah mobil terbaru, keanggotaan di klub ternama dan kesibukan yang luar biasa membuat adanya perubahan cara pandang. Semakin sulit mendifinisikan arti bahagia, semua menjadi bersifat materi dan UUD (Ujung-Ujungnya Duit). Persoalan rumah tangga satu persatu muncul dan semakin rumit karena ego yang bicara. Masing-masing merasa benar dan sebagai perempuan yang mempunyai penghasilan besar mulai berfikir bahwa hidup sendiri lebih bahagia.Berbagai masalah dan penderitaan yang menempa bagaikan seekor ulat buruk rupa yang berubah menjadi kepompong dan akhirnya keluar menjadi kupu-kupu cantik. Perjuangan menuju ikhlas dan percaya bahwa semua harta benda tidak ada artinya jika rumah tangga kita tidak rukun. Rumah tangga adalah surga dunia yang diciptakan Allah untuk kita, jadi jangan pernah berhenti berjuang mempertahankannya.Hanya dengan berpegang kepada aturan Allah dan Rasulnya, maka kita perempuan yang bekerja tetap menempatkan kebahagiaan keluarga diatas segalanya.Kita rela meninggalkan semua kehidupan semu duniawi untuk mendapatkan kebahagian dan surga dunia, melalui keluarga sakinah, mawadddah dan rahmah. amien