Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 28 Juli 2009

Janda

Janda selalu mendapat banyak perhatian, apalagi jika ditambah dengan sebutan kembang. Kalau janda yang ditinggal mati suaminya, maka tempatnya lebih dihargai oleh masyarakat dibandingkan dengan janda yang bercerai atau dicerai suaminya. Artinya janda mati mendapatkan lebih sedikit perhatian dan kecurigaan dari masyarakat bahwa ia nantinya akan menjadi ancaman bagi perempuan lain terhadap keamanan rumh tangganya. Janda yang bercerai, apalagi yang dicerai oleh suaminya karena ketahuan selingkuh, maka posisinya akan menjadi lebih rawan. Mungkin saja ia akan di jauhi atau dijaga agar jangan dekat-dekat dengan keluarga kita terutama suami, karena kuatir akan mengambil suami kita.

Tidak semua masyarakat berpendapat begitu, ada juga yang cuek dan tetap menghormati para janda, terutama mereka yang di zalimi suaminya dan berani mengambil keputusan bercerai daripada hidup menderita. Sebetulnya keputusan perempuan bercerai adalah keputusan final yang sangat berat dan diambil setelah lewat berbagai pertimbangan dan proses yang panjang. Konsekwensinya berat untuk hidup sendiri, apalagi jika secara finnasial tergantung pada suami. Ada teman yang sudah mempunyai anak 3 , suaminya memilih menyelamatkan perempuan bekas pecandu, penganut sex bebas, karena katanya hanya dia yang bisa membimbing perempuan itu kembali kejalan yang benar. Sungguh pilihan aneh, langka dan tidak bertanggung jawab. Bagaimana dia memilih perempuan yang bisa dikatakan rusak dibandingkan dengan istri yang sudah belasan tahun mendampingi, bahkan memberikan 3 orang anak yang sehat cerdas, cantik dan ganteng. Katanya 2 dari 3 laki-laki selingkuh, tapi biasanya mereka tidak meninggalkan keluarganya. Akhirnya setelah mencoba bertahan 4 tahun dalam situasi tidak menentu, teman tersebut mengajukan gugatan perceraian. Ia termasuk janda yang tehormat, yang sekuat tenaga mencoba mempertahankan perkawinannya . Semoga Allah suatu saat memberikannya jodoh yang baik dan dapat membangun keluarga yang bahagia, atau semoga suaminya suatu saat diberi hidayah dan kembali kepada keluarganya.

Ada juga teman lain yang suaminya baru meninggal, ia begitu sedih dan gamang. Dalam usia sekitar 40 tahun, ia menghibur diri dengan aktif di usaha dan organisasi. Ia sangat senang dengan buku yang saya tulis mengenai ”Inspirasi, benang hikmah kehidupan”. Ia berharap dapat mengikuti buku itu dan mendapat pencerahan dengan membacanya. Kami sering bertemu dalam berbagai kesempatan di organisasi dan berdiskusi, pendek kata ia ingin menjadi perempuan mandiri, kuat dan terhormat. Apa yang terjadi? Belum lagi setahun menjanda ia menerima lamaran laki-laki beristri dan dijadikan sebagai istri keempat. Bahkan ia mengirim semua anaknya sekolah di pesantren agar ia dapat menikmati bulan madu dengan suami barunya. Sangat disayangkan bagaimana ia mau menjadi istri keempat, dari laki-laki yang reputasinya memang kawin cerai. Katanya diantara istri yang lain, dia yang paling disayang, selalu diajak kemanapun pergi dan bertindak seakan hanya ia istrinya. Dia lupa berarti telah menzalimi hak ke tiga istri lainnya dengan menguasai suaminya, atau karena baru kawin, maka tentu saja ia barang baru paling disayang. Kita tunggu saja bagaimana perkembangan selanjutnya.

Ada juga perempuan yang memilih menuruti hawa nafsu, bahkan melakukan perbuatan maksiat dan zina sehingga akhirnya diceraikan oleh suaminya. Ia menukar sebutan dirinya yang terhormat, ibu, tante, kakak, mama dengan segala penghormatan masyarakat. Ia adalah istri seorang pejabat terhormat yang dicukupi semua kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya, tapi menukar kehormatannya dengan predikat janda yang dikembalikan dan dicerai karena ketahuan selingkuh. Dalam keterangannnya mengenai alasan bercerai, ia mengatakan tidak cinta kepada suaminya karena dulu menuruti orang tuanya, ia dijodohkan oleh laki-laki yang usianya 20 tahun lebih tua. Katanya karena ia adalah anak yang ingin membahagiakan orang tua, ”Ridho orang tua adalah pintu ridho Allah”. Sungguh sebagai seorang yang cukup dikenal publik ia telah membohongi diri dan masyarakat. Sampai sekarang statusnya adalah janda yang mau dikawin siri bahkan dicerai begitu saja oleh laki-laki suami orang yang tidak jelas apa statusnya, hanya mau berhubungan gratis dan menikmati fasilitas perempuan itu saja. Padahal kalau saja ia mampu menjaga kehormatannnya ia bisa mengantar anak-anaknya sampai berumah tangga, dibandingkan hidup sebagi janda yang hanya menjadi permainan laki-laki iseng.

Sekali lagi predikat janda bukanlah suatu predikat yang hina, kalau saja proses menjadi janda itu terjadi karena keadaan yang diluar kehendaknya, bukan karena ia menjual dirinya secara murah ke pelukan laki-laki lain, sehingga diceraikan suaminya. Kalaupun sudah menyandang predikat janda, jagalah harkat dan martabat diri, selalu ada teman entah anak, adik, kakak, atau staf kantor yang menemani dalam berbagai aktifitas bisnis, apalagi jika keluar kota. Pengalaman saya yang sudah setua ini dan selalu memposisikan diri sebagai perempuan terhormat, istri orang, tidak menggoda dan mandiri, bukan janda masih saja ada laki-laki iseng yang tidak punya otak yang mencoba untuk menggoda. Katanya kalau dengan wanita matang enak dan sama-sama mengerti, sehingga tidak ada tuntutan komitmen. Apalagi jika kita diketahui mempunyai predikat janda, ditambah dengan cara kita bergaul yang kelihatannnya haus akan belaian kasih sayang. Maka dijamin begitu banyak tawaran iseng akan masuk dari berbagai pihak. Mulai yang mengajak makan siang, makan malam, BBS (Bobo siang), kawin siri atau hanya sekedar teman tidur jika dibutuhkan. Ada juga yang tidak siap menjadi janda dan menyerahkan seluruh urusan kepada selingkuhannnya, seperti betulkan AC, minta antar ke salon, ke Bank, lari pagi, nonton bioskop, sampai menemani melakukan bisnis.

Jadi para janda model begini, menceburkan dirinya pada keadaan yang membuatnya tidak akan bisa lepas dari kemaksiatan dan merebut kembali kehormatannnya. Jika laki-laki dapat mengajaknya tidur tanpa komitmen, hanya sekedar menemani jalan-jalan, nonton , dll, maka ia tidak akan pernah mendapatkan jodoh yang akan serius mengawininya. Posisi tawarnya menjadi lemah, karena ia sudah dikenal sebagai janda yang murahan, gampangan dan siap selalu diajak oeh siapa saja dan dalam situasi apa saja.Apalagi jika janda ini kaya dan mampu membiayai seluruh kegiatan esek-eseknya, maka banyak laki-laki pengereten masa kini yang tidak punya harga diri, yang penting happy. Kalau lagunya Oppie mengatakan ”Iam single and i am Very happy”, bukan berarti para singlewati ini happy diatas penderitaan perempuan lain, tapi ia menikmati kebaahagiannnya dengan cara yang benar, bukan dengan makan hak perempuan lain. Para janda jagalah kehormatan kalian, Insya Allah suatu saat akan datang jodoh laki-laki yang bertanggung jawab dan akan membahagiakan dirimu dan anak-anakmu.

1 komentar:

BSN mengatakan...

Wah tulisan Ibu sudah benar-benar pencerahan segala bidang hehe... tidak hanya masalah ke-HRD-an atau outsourcing belaka, semoga sukses selalu ya Bu.

Salam,

Bambang S Nugroho
PT Duta Sugar International