Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 11 Maret 2009

My consitency is inconsistence

My consistency is inconsistence

Ada teman saya yang selalu berubah pandangannya, tindakannya dan keputusannya berdasarkan situasi yang ada. Hari ini A besok B, hari ini begitu semangat mengatakan tidak pada suatu masalah, dilain hari untuk masalah yang sama ia mempunyai pendapat yang berbeda. Katika saya tanyakan kenapa ia begitu labil dan berubah-ubah, jawabannya adalah “My consistency is inconsistence”. Artinya ia akan secara ajeg berlaku tidak ajeg.Wah jadi bingung nih. Pantas para politisi kita selalu ajeg dengan pernyataan dan keputusan mereka yang tidak jelas dan selalu berubah menurut keadaan.

Dalam buku “The art of War for Women” dikatakan bahwa filosofi Tao yang merupakan dasar dari Seni Perang Sun Tzu adalah memandang baik dan buruk bukan sebagai kekuatan yang saling berlawanan.Perbedaan bukanlah absolut, tapi saling berkaitan dan melengkapi.Tidak ada yang benar dan salah, hitam dan putih. Setiap tindakan tergantung pada ruang dan waktu. Tindakan yang sama akan menghasilkan hal yang berbeda.Lepaskan keterikatan kita dengan pengertian benar dan salah, seni hidup akan mengantarkan kita mengerti kenapa kita tidak harus konsisten dalam menghadapi suatu masalah.

Kalau kita membaca filosofi diatas maka kita akan mengerti alasan pembenaran kenapa seseorang harus bertindak menurut kebutuhannya. Kemenangan atau keberhasilan yang kita peroleh pada suatu waktu belum tentu akan dapat diterapkan pada saat lain. Perbedaan situasi, pihak yang dihadapi dan kondisi pada saat itu akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan kita. Oleh sebab itu dituntut inovasi, kreatifitas dan kejelian dalam melihat seluruh unsur disekeliling kita untuk terus dapat meraih keberhasilan. Dikatakan juga dalam buku tersebut strategi adalah adaptasi bukan suatu hal yang dipaksakan. Strategi memperhitungkan keadaan disekeliling kita.

Untuk saya pribadi kalau hal diatas diterapkan untuk hal yang baik tidak ada masalah. Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar ketidak ajegan itu sehingga mengakibatkan kita menjadi bunglon yang akan menyesuaikan diri dalam keadaan dan situasi yang hanya menguntungkan kita sendiri. Yang lebih parah adalah selalu menjadi pihak yang menempatkan diri maju tak gentar membela yang bayar. Sepanjang ketidak ajegan itu untuk niat yang baik dan tidak merugikan orang lain rasanya itu masih dapat diterima. Tapi jika niatnya adalah mencapai tujuan dengan segala cara dengan tidak melihat lagi mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hak dan bukan hak, untuk saya sudah merupakan hal yang tidak dapat diterima. Bagaimanapun juga kita sebagai manusia mempunyai nilai-nilai yang bersifat universal yang dapat membedakan mana yang benar-benar baik untuk dijalankan

Tidak ada komentar: