Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 15 Februari 2009

Apakah hanya anak yang durhaka?

Hanya anak yang durhaka?

Banyak cerita tentang bagaimana seorang anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya yang akhirnya dikutuk menjadi batu seperti si “Malin Kundang”.Dari kecil kita diajari untuk patuh kepada orang tua, menghormati dan mentaati perintahnya. Anak yang menurut apa kata orang tuanya akan selamat dan yang tidak menuruti nasehat orang tua akan celaka. Kebanyakan orang tua masuk dalam kategori baik dan normal, sehingga antara nasehat dan perbuatan seiring sejalan, Anak akan mengikuti nasehat orang tuanya jika ia juga tau bahwa orang tua melakukan hal yang dinasehatinya. Orang tua yang mengajarkan disiplin misalnya bangun pagi, jika mereka juga setiap hari bangun pagi, maka akan menularkan kebiasaan bangun pagi kepada keluarganya.

Sebaliknya jika antara nasehat dan perbuatan tidak seiring sejalan bahkan bertolak belakang, maka anak akan sulit menuruti nasehat orang tuanya.Orang tua yang merasa bahwa nasehat itu hanya berlaku untuk anaknya dan bukan kepada dirinya akan kesulitan dalam memberikan pengertian kepada anaknya.Contoh paling nyata adalah jika kita tidak pernah dilihat melakukan sholat lima waktu bagaimana kita dapat membuat anak kita sholat. Mungkin pada saat kecil mereka bisa dipaksa untuk melakukan hal itu, tetapi pada saat mereka sudah mampu berfikir apalagi sudah dewasa, maka nasehat orang itu tidak berlaku.

Beberapa teman sering mengeluhkan bagaimana perilaku orang tua mereka.Ada yang tidak memikirkan sama sekali bagaimana persiapan pensiuannya.Pada waktu muda dan masih menjabat uang dihabiskan untuk kesenangan diri sendiri. Pada saat sudah tidak mempunyai penghasilan lagi , gaya hidup enak sudah tidak bisa diubah. Kebiasaan hidup senang, makan enak, baju bagus dan bepergian kemana dia suka tidak dapat ditinggalkan.Hasilnya sedikit demi sedikit uang yang tersisa habis, lalu mulai menjual harta benda yang ada, bahkan sampai tidak mempunyai apa-apa sama sekali.

Memang kewajiban anak adalah menjaga dan merawat orang tuanya pada saat mereka sudah tidak mampu. Disisi lain orang tua juga harus sadar atas kemampuan anaknya.Jika kebetulan mempunyai anak yang berlebihan dan cukup, mungkin persoalan menjadi lain, tapi jika anak hidupnya pas-pasan, seharusnya orang tua memahami keadaan ini.Kalaupun anak hidup berkecukupan, alangkah indahnya jika kita sebagai orang tua tidak menggantungkan diri sepenuhnya kepada anak. Untuk orang tua yang memang keadaannya tidak mampu dapat dimaklumi, mengharapkan agar anaknya gantian menjaga dan merawat mereka. Yang ingin saya bicarakan disini adalah orang tua yang tidak mempersiapkan hari tuanya padahal mereka mampu. Ada yang tidak mau tahu dengan keadaan anaknya, mereka dengan gaya hidupnya yang tidak mau susah bisa menjadi beban anaknya. Keadaan rumah tangga anakpun dapat menjadi panas dikarenakan urusan mertua dan orang tua yang tidak ada habisnya.

Ada juga orang tua yang senang menjalin hubungan dengan orang lain dalam arti mempunyai “affair” atau kawin cerai tanpa memikirkan bagaimana nasib anaknya.. Yang dikejar hanya kesenangan dirinya sendiri. Untuk laki-laki dengan dalih mampu dan mengikuti sunnah Rasul melakukan poligami. Jika dilakukan dengan baik dan terbuka serta dimusyawarahkan dengan baik, apalagi jika dapat berlaku adil terhadap keluarga, maka keadaan akan aman damai. Biasanya yang terjadi sebaliknya, selingkuh atau kawin lagi dilakukan dengan diam-diam.Jika ketahuan akan terjadi keributan. Bisa juga mereka yang doyan kawin cerai, hanya mengurus istri dan anak yang terakhir saja, anak-anak dari perkawinan yang terdahulu tidak diurus lagi.

Ada teman perempuan yang sudah kawin cerai sebanyak tiga kali, setiap kali kawin pasti mempunyai anak, dan ketika bercerai semua anak ikut dia.Masalahnya selain beban ekonomi juga adanya masalah antara anak dengan bapak tirinya atau dengan keluarga suaminya.Biasanya perempuan menjadi rentan atau stress dan berakhir dengan marah dan pelampiasan terhadap anak-anaknya yang tidak berdosa.Dari cerita teman itu suami ketiganya yang diharapkan terakhir ternyata hanya bertahan baik setahun pertama. sekarang suaminya mulai main judi dan tidak memberikan nafkah lagi.Apa ini nasib atau terlalu cepat mengambil keputusan kawin lagi sebelum mengetahui dengan cermat.

Ada juga teman yang punya anak 5 dengan alasan kawin tidak dengan dasar cinta karena dijodohkan (anak lima?) dan membalas prilaku suaminya yang selingkuh ia juga ikutan selingkuh.Lucunya pasangan selingkuhnya suami orang dan jauh kualitasnya dibandingkan suaminya yang dulu.alhasil anak-anak kecewa apalagi anak2 sudah besar dan bahkan sudah ada yang menikah. Ibu seharusnya memberikan contoh ketabahan dan kesetiaan bukan menghibur diri sendiri dengan jalan yang salah.


Dari cerita diatas kemungkinan besar anak akan mendapat gambaran yang buruk mengenai prilaku orang tuanya.Ia merasa sebagai pihak yang disakiti, tidak diperhatikan, kurang mendapatkan kasih sayang, bahkan berebut perhatian dan kasih sayang antara saudara. Sebagai anak hak kita dirampas tanpa bisa berbuat apapun. Kalaupun kita termasuk anak yang tidak terurus tapi nanti berhasil, maka jangan disalahkan jika anak tidak menaruh hormat atau sayang kepada orang tuanya. Ia merasa meraih kesuksesan tanpa dukungan orang tuanya.Mereka yang tidak mengerti latar belakang kenapa anak bersikap demikian akan memberikan komentar bahwa kita adalah anak yang tidak mengurus orang tuanya. Apalagi jika kita mampu dan kaya, komentarnya mungkin mengatakan kita sebagai anak durhaka.

Selalu dikatakan bahwa jangan pernah melawan orang tua, jangan pernah menyakiti mereka, dengan alasan apapun tidak ada ruang gerak bagi anak untuk berbuat tidak baik terhadap orang tuanya.Memang tidak dapat dipaksakan jika anak yang merasa disakiti, tidak diuruis bahkan ditelantarkan untuk tidak memperdulikan orang tuanya. Kalau kita termasuk orang yang bijak dan ikhlas kemungkinan besar kita akan mengurus orang tua kita tanpa memperhitungkan bagaimana jeleknya perlakuan orang tua kepada kita dahulu. Yang terpenting kita mengambil hikmah untuk tidak melakukan hal yang sama seperti orang tua kita dan belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik, yang mempersiapkan hari tuanya, yang dapat menjadi teladan bagi anaknya serta tetap dapat bermanfaat bagi lingkungan kita.

Tidak ada komentar: