Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 07 Desember 2008

Rincian kegiatan Korea


” ILO-SKILLS-AP/Korea/Second Technical Meeting of the Regional Skills Network Partner Organizations in Asia and the Pacific, HRD Korea

Republic of Korea 16 – 19 April 2008

Kegiatan yang dilakukan di pertemuan ini adalah:

1. Pembukaan yang dilakukan oleh: Ms.Sachiko Yamamoto (Direktur ILO regional), Ms.Christine Evans-Clock (Director ILO Skills and Employability Programme Geneva), Director General Ministry of Labour Korea dan DR.KIM. Yong Dal, President HRD Korea. Dalam sambutannya mereka menekankan pentingnya pelaksanaan dan pengembangan skills work agar didapatkan tenaga kerja yang kompeten dan menghadapi dan meningkatkan daya saing di era globalisasi ini.

2. Beberapa sesi pemaparan materi tentang “Skills work” dari panitia ILO yang terdiri dari perwakilan pejabat Geneva dan sharing yang dilakukan oleh beberapa peserta, misalnya dari India, Salomon , Bangladesh, Jepang, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Korea.

3. Diskusi kelompok yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, Pengusaha, Serikat Pekerja dan Pemerintah.

4. Kunjungan melihat SIVAT untuk mengetahui bagaimana Vocational Training di Korea. SIVAT adalah politehnik yang paling tua dan terbesar di Korea. Dengan beberapa jurusan yaitu ;

- Textil

- Bio Technoligy

- Sekolah wanita

SIVAT didirikan pada Juni 1968, jadi sudah berusia 40 tahun. Presiden Korea Selatan mengatakan bahwa untuk membangun negara perlu melalui pembangunan Sumber Daya Manusia, karena itu merupakan income terbesar bagi pendapatan devisa negara. Diperkirakan tidak lebih dari 20.000 US / tahun pendapatan perkapita yang dapat mendukung kemajuan negara Korea. Tidak kurang dari 2300 pelajar yang lulus SMA memilih masuk ke SIVAT, ini karenakan biaya pendidikan yang relatif terjangkau bagi masyarakat Korea yaitu sebesar ± $3000/semester dan sisanya sebesar ± $2000/semester di support oleh pemerintah. Jadi bdalam hal ini siswa hanya membayar sebesar US $ 1000 setiap tahun dengan fasilitas kelas dan praktek yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan industri.

5. Kunjungan kepabrik Samsung yang merupakan perusahaan terbesar di Korea. Samsung Group merupakan salah satu perusahaan elektronik terbesar dunia. Didirikan pada 1 Maret 1938 di Daegu, Korea, Samsung (yang dalam bahasa Korea berarti tiga bintang) didirikan oleh Lee Byungchul. Saat ini Samsung adalah salah satu konglomerat (chaebol) Korea Selatan terbesar yang bermulai sebagai perusahaan ekspor pada 1938 dan dengan cepat berkembang ke bidang lainnya. Hal ini disebabkan oleh kuatnya salah satu Divisi/Departemen Research and Development yang terus berusaha mengembangkan berbagai produktivitas yang dibutuhkan dunia, tak kurang dari 10.000 orang yang bekerja dibagian tersebut. Sangat membanggakan melihat bagaimana jiwa nasionalis yang begitu kuat tergambar pada orang Korea sehingga hampir semua produksi dalam negeri adalah buatan Korea. Kalau kita lihat di jalan-jalan hampir sulit menemukan mobil buatan negara lain, begitu juga elektronik, handphone dan peralatan lain. Karena itulah Korea maju pesat sebagai negara industri berkat rakyat dan pemerintah bekerjasama untuk mencintai dan memakai produk dalam negeri.

6. Pada diskusi terakhir kami membahas tentang bagaimana pengembangnya keahlian dapat meningkatkan jumlah pekerja yang kompeten dibidangnya sehingga dapat menunjang kemampuan kerja dan dapat meningkatkan produktivitas. Dibahas juga bagaimana meningkatkan Kompetensi, Memperluas lapangan pekerjaan untuk orang muda dan Meningkatkan kerja yang layak untuk golongan yang tidak beruntung. Peserta juga mendiskusikan tentang Skill development yang Menghubungkan sistem pendidikan dengan dunia kerja, bukan hanya skills tapi faktor lain. Seperti pembentukan karakter, disiplin, kerja keras dan persaingan. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh stabilitas keamanan suatu negara.Situasi dunia dalam menghadapi perubahan global yang diakibatkan oleh iklim dsb, penting dibicarakan/ membahas keahlian kerja yang memperhatikan:

- Green Job

- Climate change

7. Masalah yang dihadapi oleh hamper setiap Negara Asia Pasifik adalah kurangnya partisipasi dari industri kepada sistem pendidikan kejuruan, rendahnya jumlah lulusan yang langsung diserap oleh industri dan kurangnya jumlah instruktur/pelatih/guru yang kompeten

8. Hasil perumusan masalah dari pertemuan ini adalah:

a. Skill mismatch atau pendidikan yang tidak sesuai dengan keahlian atau ketrampilan yang diperlukan indusri. Ini diakibatkan karena:

· Kurangnya kerjasama atau kemitraan antar para pemangku kepentingan (pendidikan, perindustrian, asosiasi pengusaha, dan dunia usaha itu sendiri, dalam hal ini bisa dikatakan peranan dan kerjasama tripartit yang kurang baik).

· Kurang informasi yang akurat tentang kebutuhan tenaga kerja dengan standard kerja yang dipersyaratkan baik yang bersifat nasional maupun untuk kesempatan tenaga kerja migrant.

b. Penghargaan terhadap kualifikasi dan keahlian

· Rendahnya penghargaan terhadap keahlian dan kualifikasi tenaga kerja karena tidak adanya standard kerja yang disepakati baik ditingkat nasional maupun antar negara

· Diperlukan adanya pengembangan ”benchmark” standard kompetensi kerja ditingkat nasional dan regional

c. Kepastian terhadap kualitas pelatihan (termasuk kesinambungan keberadaan dari pengembangan pelatihan yang berkualitas)

· Kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas dimana termasuk didalamnya program peningkatan keahlian tenaga pengajar (juga pengajaran ”soft skill)

· Tidak dilakukannya evaluasi dan revisi kurikulum dalam rangka menghadapi perubahan kebutuhan dunia usaha/industri yang terus menerus.

d. Finansial

Kurangnya sumber dana yang dapat mendukung kegiatan tersebut diatas

e. Pendekatan yang efektif untuk memastikan dikembangkan pelatihan yang sesuai bagi kelompok tertentu:

· Bagi Negara kecil dikepulauan pasifik, dimana jumlah penduduk dan sumber daya alam dan manusia yang berbeda yang memerlukan penganganan tersendiri

· Pelatihan untuk perempuan. Pekerja muda, sektor informal, pekerja di pedesaan dan pekerja migran

Rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan ini secara garis besar adalah:

  • Dilakukan kegiatan “capacity building” diantara tripartite dan pemangku kepentingan yang lain, dan penelitian yang bersifat nasional untuk mengetahui bagaimana efektifitas suatu pelatihan. Dapat dilakukan juga suatu workshop untuk membahas tentang standard kurikulum pelatihan baik yang sifatnya nasional maupun regional.
  • Agar diadakan workshop ditingkat nasional maupun regional untuk berbagi pengalaman agar didapatkan suatu rencana tindak lanjut untuk memformulasikan strategi pengembangan pelatihan tenaga kerja yang kompeten. Kegiatan ini dapat berupa saling tukar menukar informasi antar negara
  • Adanya informasi dari ILO tentang standard kompetensi yang sudah ada misalnya di bidang jasa pelayanan, konstruksi, manufaktur, garmen, manajemen, akunting dan SME
  • Program pertukaran staf atau pengurus antar institusi pelatihan/pendidikan antar negara
  • Dukungan finansial untuk memastikan program pelatihan pekerja dan tenaga pelatih/pengajar agar dapat berjalan secara berkesinambungan melalui keikut sertaan sektor swasta dan bantuan internasional (ILO)
  • Dapat dilakukan suatu riset yang mengumpulkan seluruh data dari setiap negara Asia dan Pasifik yang memuat tentang informasi peraturan yang ada mengenai pendidikan dan pelatihan, contoh pelatihan dan kurikulum yang ada mengenai pelatihan untuk negara kecil, perempuan, pekerja migran, pekerja muda, pekerja di pedesaan dan pelatihan untuk suku asli, dll

Tindak lanjut yang diperlukan :

1. APINDO bersama BNSP merumuskan rencana tindakan konkret untuk semaksimal mungkin mengadopsi program sistem pendidikan kejuruan yang didalamnya melekat Uji Kompetensi Kerja.

2. Rapat Koordinasi APINDO dan Pemerintah serta Serikat Pekerja/Buruh, Dikmenjur-Diknas, BSNP, Departemen Teknis pendiri BNSP (Depnakertrans, Deperin, Diknas) untuk merumuskan rencana tindakan terpadu untuk memberi masukkan kepada kurikulum sekolah kejuruan dan pelaksanaan program 3 in 1.

3. Secara khusus, APINDO dan BNSP bersama-sama membahas dengan Dikmenjur-DIKNAS, untuk mencari solusi terbaik pelaksanaan sistem sertifikasi di semua SMK di Indonesia dan program pemagangan di Industri.

4. Melakukan serial workshop terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan terutama tripartit dalam rangka membangun kesamaan cara pandang dalam pelaksanaan sekolah kejuruan dan pelatihan berbasis kompetensi di perusahaan.

Tidak ada komentar: