Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 24 Januari 2009

Menjadi istri orang kaya atau menjadi “Kaya”?

Dulu bahkan mungkin sekarang masih dilakukan oleh ibu atau orang tua kita mendoakan, mengarahkan bahkan memaksa anak perempuannya untuk kawin dengan orang kaya. Banyak cara dilakukan oleh orang tua , mulai dari mencekoki pemikiran betapa enaknya menjadi istri orang kaya, memfasilitasi dengan perawatan tubuh dan pakaian yang bagus, sampai mencarikan jodoh orang kaya.Ada kenalan saya yang dari kecil ibunya selalu berusaha membelikan pakaian bagus dengan segala cara (terutama kalau ada pesta) untuk anak perempuannya walaupun untuk makan sehari-hari termasuk sederhana.Dalam urusan jodoh ibunya yang sangat berperan memutuskan mencarikan suami dari kalangan orang kaya, sehingga dia harus patah hati berpisah dengan kekasih pujaan hati karena bukan masuk dalam golongan orang kaya.

Ada juga istri seorang teman yang dari kecil berasal dari keluarga kaya dan tidak pernah merasakan susahnya hidup. Segala fasilitas harus nomor satu, kalau menginap di hotel haruslah minimal bintang empat dengan kamar suite. Pergaulannya selalu dengan para selebriti dan kalangan atas, begitu juga baju, tas dan sepatu selalu merek terkenal.Untunglah teman saya termasuk professional yang dapat memenuhi keinginan istrinya tercinta walau pernah dalam beberapa kali cerita mengatakan betapa beratnya memenuhi gaya hidup istri tercinta karena sebetulnya ia termasuk orang yang cukup sederhana.Berapapun penghasilan yang dia dapatkan selalu habis karena masuk dalam golongan “high salary and high class life style”. Pada saat gajinya berjumlah 3 kali lipat dari saya teman tadi sudah mengeluh karena istrinya merasa gajinya kecil sekali.Kita doakan semoga teman tadi tetap mendapatkan posisi yang baik dengan gaji yang besar.

Hal lain yang bisa kita lakukan sebagai perempuan untuk mendapatkan suami kaya adalah berkencan dengan boss kita.Rasanya kalau dalam lingkungan kantor yang menjadi incaran adalah the real boss, setidaknya orang nomor dua atau nomor tiga.Kalau yang umurnya sebaya atau beda dua sampai lima tahun rasanya masih bukan target utama sebab kurang kaya. Maka dimulailah segala cara untuk menggaet si boss agar tergoda oleh kita.Bagaimana dengan status boss sebagai suami orang? Emang gue pikirin?. Namanya juga usaha, ngapain juga nunggu pacar yang sebaya yang belum tentu jadi orang kaya, lebih baik the real boss yang sudah didepan mata. Begitu banyak kasus kehancuran rumah tangga yang diakibatkan karena para suami yang boss dipikat dan dengan segala cara diikat sehingga meninggalkan keluarganya.

Cerita diatas menggambarkan betapa tidak percaya dirinya perempuan untuk menjadikan dirinya kaya atas usahanya sendiri.Kenapa ia harus menggantungkan hidupnya pada orang lain untuk memenuhi keinginannya.Perempuan secara tradisional diajarkan untuk tidak mempunyai keinginan bagi dirinya sendiri. Ia diciptakan dan dipersiapkan untuk melakukan tugasnya secara tradisioanal seperti menjadi istri dan menjadi ibu. Jika ada perempuan berhasil menjadi orang kaya biasanya pertanyaan yang timbul adalah; siapa suaminya? Anak siapa? .Pemikiran pertama masyarakat adalah pasti ia menjalankan usaha keluarga atau hanya membantu suaminya. Perempuan jarang langsung diakui sebagai orang yang berada dibalik keberhasilannya menjadi orang kaya.

Bagi perempuan sebetulnya penting sekali menjadi orang kaya bukan istri orang kaya atau simpanan orang kaya. Perempuan mempunyai banyak keinginan yang kadangkala susah diterjemahkan dengan akal sehat kenapa ia menginginkan barang atau hal tersebut. Tidak heran perempuan selalu menjadi obyek yang mudah bagi segala macam produk barang dan jasa yang mencoba memenuhi beragam keinginannya tersebut. Jika ia menjadi kaya hasil dari usahanya maka ia akan dengan mudah mewujudkannya tanpa harus menunggu persetujuan dari suaminya. Dalam kasus yang ekstrim perempuan harus bertanggung jawab atas anak yang dilahirkannya jika suami meninggal atau meninggalkannya karena perempuan lain.Jika ia memiliki kemampuan mandiri maka kelangsungan hidupnya yang terbiasa enak akan terus terjamin.Lain halnya jika ia tidak punya kemampuan mengelola keuangan dengan baik, bisa jadi harta yang banyakpun hasil peninggalan suaminya akan habis dengan cepat karena tidak bisa dikelolanya.

Jadi kita perempuan ubah pemikiran yang ingin kaya dan enak dengan mempunyai suami kaya. Kalau itu bisa terwujud maka nasib baik bagi yang mendapatkannya, tapi jika tidak beruntung daripada frustasi mulailah berusaha menjadi kaya dengan usaha sendiri.

Tidak ada komentar: