Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 21 Oktober 2008

Antri

Mulai hari pertama busway koridor 6 jurusan ragunan - kuningan beroperasi saya memutuskan untuk naik busway. Berhubung rumah dekat dengan halte ragunan maka saya berangkat dari sana. Sebelum naik ke busway kita harus antri didepan pintu masuk, dimana ada dua jalur disitu. Saya berada di jalur pertama dari dua jalur dan diposisi no 3 dari depan.Dalam waktu tak kurang dari 5 menit jumlah jalur berubah menjadi 3, lalu 4 dan akhirnya menumpuk didepan pintu masuk. Dengan tenangnya seorang bapak yang baru datang langsung nyelonong mengambil posisi didepan saya. Sambil tertawa kehancuran bersama dengan orang yang sebelah saya kita berkomentar "susah ya mengantur orang Indonesia untuk antri". Mengherankan setiap penumpang yang baru datang tidak ada yang mau antri dibelakang tapi semua menumpuk didepan pintu masuk.Penjaga gagah berseragam yang ada didepan pintu juga mendiamkan saja. Apa tidak diajarkan bagaimana mengatur antrian penumpang atau sudah diajarkan tapi tidak enak menegur penumpang yang seenaknya saja tidak mau antri.Apa musti dibuatkan pagar besi yang hanya pas satu orang agar tidak saling serobot. Pada saat turun juga terjadi aksi dorong mendorong antara yang mau keluar dengan yang mau masuk busway.Walau petugas sudah berulang kali mengingatkan agar mendahulukan penumpang yang turun tetap saja saling tidak mau mengalah. Mudah-mudahan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama seperti yang dijanjikan oleh bang Yos pengaturan penggunaan busway jalur yang baru dibuka menjadi lebih tertib.

Budaya antri, sabar menunggu, mendahulukan yang duluan rasanya susah sekali diterapkan ditanah air tercinta ini. Himbauan, sosialisasi melalui radio, TV dan koran tidak kurang-kurang banyaknya. Rasanya tidak cukup hanya dalam bentuk pembuatan aturan saja tapi harus dibarengi dengan pengwasan dan sanksi jika melanggar.Coba lihat bagaimana ruwetnya mengatur jalan jika lampu pengatur lalu lintas mati.Tidak ada yang mau mengalah, baik yang naik mobil, motor yang dengan seenaknya menyelip dan kalau menyenggol mobil sampai lecet dengan cepatnya kabur.Pengguna jalan juga dengan seenaknya menyeberang jalan tanpa takut ditabrak, sangat yakin sekali bahwa motor atau mobil pasti akan memberikannya jalan. Selain tidak adanya jalur penyeberangan yang memadai orang kita juga terbiasa menyeberang jalan dimana saja.yang paling mengerikan adalah raja jalanan metro mini atau bis yang dengan gagah beraninya mengambil jalan yang bukan haknya. Rasanya waktu dan tenaga habis hanya untuk keluar dari keruwetan ini. Belum lagi dijalan tol dimana sudah digambarkan garis lurus tidak terputus dijalur kiri dilarang untuk mendahului, eh malah digunakan untuk mendahului karena mau cepat.Rambu peringatan "dilarang mendahului dari kiri" seakan tidak terbaca. Begitu juga kalau menjelang mudik lebaran, sepanjang jalan pantura bisa macet total padahal polisi sudah berusaha mengatur agar tertib. Tidak heran angka kecelakaan begitu tinggi.

Budaya antri tidak bisa seketika diterapkan pada saat kita masuk ketatanan sosial kehidupan setelah besar, setelah kita sudah bekerja, setelah kita sudah bisa menyetir misalnya. Pelajaran antri dimulai dari kecil, misalnya dirumah atau di sekolah sudah diajarkan.Sebenarnya untuk umat Islam yang terbiasa pergi ke mesjid budaya antri diajarkan secara tidak langsung.Di mesjid yang datang duluan yang menempati baris paling depan, yang datang belakangan siapapun dia, apapun jabatan atau pangkatnya harus masuk ke barisan dibelakangnya. Bagitu sedikit pelajaran antri yang diajarkan disekolah ataupun dirumah sehingga pada saat mereka masuk kekehidupan sosial bermasyarakat tidak mengenal budaya antri. Kalaupun sudah diajarkan dirumah atau di sekolah ternyata dikehidupan nyata mereka melihat contoh tidak ada yang mau antri, maunya nyerobot dan mau didahulukan walaupun datangnya belakangan.Kalaupun mau mencoba tertib akan ketinggalan atau kalah cepat dengan mereka yang tidak mau tertib.

Kebiasaan sabar menunggu giliran ini akan terbawa dalam kehidupan kita selanjutnya.Misalnya anak yang tidak naik kelas, karena orang tuanya malu akan berusaha mendekati gurunya agar naik kelas, atau memindahkan anaknya kesekolah lain agar dapat naik kelas. Calon karyawan yang tidak lulus test seleksi akan berusaha menyogok panitia penerimaan agar diterima.Begitu juga yang ingin cepat naik pangkat atau golongan rajin-rajinlah melakukan pendekatan atau penjilatan kepada atasannya dengan berbagai hadiah dan upeti agar cepat naik pangkat. Mau cepat dalam mengurus SIM, KTP, IMB, Sertifikat dan lain-lain selipkan saja amplop atau jalan belakang atau bawah tangan agar tidak usah antri. Mau cepat punya SIM padahal umur belum mencukupi, buat saja KTP dengan cara nembak, lalu SIM akan didapatkan dengan mudah. Banyak cara cepat agar mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa harus antri, semuanya ini terjadi karena kita malas dan tidak mau sabar dalam mencapai sesuatu dengan jalan yang benar dan lurus.

Diperlukan kerja keras, kesabaran dan disiplin tinggi untuk dapat membuat bangsa ini menjadi lebih teratur, buat sarana umum yang baik di terminal bis, kereta api, dan tempat-tempat rekreasi atau keramaian lain, sehingga dengan fasilitas yang memadai bangsa ini dipaksa belajar untuk melakukan pelajaran antri mengantri dengan benar. Masih ada waktu, jangan putus semangat, sabar dan jangan pernah lelah mengingatkan orang lain agar berdiri dijalan yang benar.

(Diambil dari buku "Inspirasi" oleh Iftida Yasar tahun 2007

1 komentar:

iftidayasar mengatakan...

keren bu blognya