Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 20 Januari 2009

You what you are

Kalau kita baca atau lihat iklan mobil BMW dikatakan bahwa “You What You Drive”.Dimana pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa dengan mengendarai mobil bergengsi itu kita tidak perlu lagi meninggikan mutu diri sebab mobil itu sudah menunjukan siapa kita.Apapun pekerjaan kita dan siapapun kita tidak menjadi penting, yang penting kalau sudah mampu menaiki BMW kita akan dihargai karena masuk dalam golongan orang yang hebat dan keren. Mulai dari pandangan dan komentar kagum orang lain sampai kemudahan tempat parkir diberikan kepada mereka yang mengendarai mobil ini. Masalah mobil keren itu didapat dari hasil korupsi misalnya atau menyewa menjadi tidak penting.

Banyak sekali orang terkecoh dengan gaya hidup seperti itu. Kita menjadi tidak percaya diri kalau belum memakai barang bermerek. Saya adalah orang yang gatek dengan teknologi telepon genggam.Yang penting bagi saya adalah fungsinya bukan fitur yang canggih dan selalu berubah dengan cepat setiap saat. Hampir 2 tahun saya memakai telepon genggam yang sama dengan model yang sederhana. Karena sudah terlalu lama maka warnanya menjadi dekil, karena telepon genggam itu berwarna putih. Teman dan staf dikantor selalu berkomentar melihat HP yang selain sudah berwarna putih tua juga sudah mulai pudar angkanya. “Ganti dong HP nya, masak boss HP nya jelek bener!.Ada juga komentar lain” Buat apa uang banyak disimpan-simpan, beli dong barang bagus..pelit banget”. Akhirnya oleh kantor saya dibelikan HP yang paling canggih dan mahal yang sebetulnya saya juga tidak bisa menggunakannya dengan maksimal. Satu hal yang saya akhirnya suka dari HP itu adalah saya bisa mengirim SMS tanpa membuat pegal tangan saya karena seperti laptop kecil.

Banyak orang yang tidak percaya diri jika tidak dilengkapi dengan barang mahal dari merek terkenal. Mulai dari rambut yang tertata rapi made in salon, baju model sekarang , tas, perhiasan, jam tangan, sepatu semuanya dari merek terkenal.Alasan bahwa tuntutan pekerjaan atau pergaulan mengharuskan ia berdandan melengkapi diri dengan barang merek terkenal yang asli.Golongan yang mendewakan hal ini adalah golongan berada yang menilai kebonafitan seseorang dari apa yang dipakainya.Mereka akan tahu jika barang yang dipakai palsu dan ini akan membuat kita susah untuk masuk kelingkungan mereka..Bayangkan berapa anggaran yang harus dialokokasikan untuk mendapatkan predikat “bonafide”.

Dimana kita makan juga menjadi ukuran kebonafitan seseorang.Untuk yang memposisikan diri sebagai profesional muda, ga keren kayanya kalo makan dikantin atau pesan dikantor.Biasanya pada jam makan siang berbondong-bondong mereka pergi mencari makan siang di cafe yang banyak berada disekitar perkantoran.Dengan dalih untuk memperluas networking, pulang dari kantor mereka akan menghabiskan waktu clubbing atau hanya sekedar kongkow dan ngobrol di kedai kopi. Uang dan energi mereka seakan tidak terbatas, rumah hanya menjadi sekedar tempat untuk menumpang tidur.

Kalau semua dilakukan dengan dukungan pandapatan yang jelas dan besar, hal ini menjadi tidak masalah.Yang menjadi masalah adalah jika lebih besar pasak daripada tiang, apalagi jika gaya hidup semu itu ditopang oleh hutang dari kartu kredit..Dalam 3 bulan pertama mungkin kita bisa mempertahankan gaya hidup seperti ini, tapi memasuki bulan keempat cashflow menjadi kacau karena semua uang yang ada dipakai untuk membayar tagihan minimum kartu kredit ditambah dengan bunganya yang mencekik leher.Semua gaya hidup yang kelihatan glamour hanyalah semu belaka yang akan berakhir dengan malapetaka.

Hidup dengan lilitan hutang adalah mimpi buruk bukan saja untuk kita, tapi juga untuk keluarga dan lingkungan kantor. Bukan hanya si pengemplang hutang saja yang akan dikejar oleh “debt collector” tapi juga orang rumah dan orang kantor akan repot menghadapi hal ini. Mereka tidak segan untuk menelpon dan menggunakan kata yang tidak sopan sampai mengancam kepada siapa saja yang dianggap menyembunyikan keberadaan kita. Saya punya teman yang sampai trauma karena pada suatu hari TV, kulkas sampai sofa diangkut oleh para “debt collector tersebut.Ada juga teman lain yang mertuanya sampai stroke dan harus masuk rumah sakit berbulan bulan karena kaget mendapati menantunya yang tinggal serumah mempunyai hutang yang begitu banyak. Ada juga yang sampai harus berakhir di penjara karena menipu diberbagai tempat untuk berhutang dan tidak dapat melunasinya.

Saya sendiri termasuk tipe orang yang susah menabung, rasanya gatal kalau melihat uang ditangan langsung dibelikan barang yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan. Berdasarkan pengalaman pribadi saya selalu menikmati keadaan untuk memiliki barang yang mahal dengan cara berhutang. Jika cicilan sudah lunas maka langsung otak ini berputar mau hutang apa lagi ya?. Mulai dari panci, microwave, TV layar lebar sampai mobil adalah hasil hutangan.Rasanya lega dan bangga bisa memiliki barang bagus dan mahal hasil kerja keras menyisihkan uang tiap bulan untuk mencicil. Saking seringnya berhutang dengan catatan pembayaran cicilan yang sangat bagus, maka tawaran hutangpun selalu mengalir lancar. Saya adalah “pelanggan yang dapat dipercaya dan memenuhi kriteria bonafide”.Begitu cicilan terakhir lunas langsung ditawarkan hutang baru lagi, baik dari bank untuk Kredit Tanpa Agunan, sampai perusahaan leasing mobil. Saking seringnya membeli mobil dengan cara kredit, perusahaan leasing langganan saya menjadi banyak dan mereka dengan senang hati meluluskan permintaan saya membeli mobil apa saja tanpa harus melengkapi persayaratan administrasi apapun.

Menurut saya tidak ada yang salah dengan berhutang, asal dilakukan dengan bijaksana dan sesuai dengan kemampuan kita. Jaga reputasi sebagai penghutang yang dapat dipercaya. Jadi jangan terkecoh dengan jargon “You what you drive”,”you what you wear”, atau “ You what you have” kalau tidak mampu.Adalah penting untuk mempunyai pengenalan diri yang dapat menilai dengan jelas siapa diri kita, apa yang kita butuhkan, dan bagaimana kemampuan kita. “You What You Are” Kita apa adanya adalah lebih penting dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Tidak ada komentar: