Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Jumat, 02 Januari 2009

From Business to Friendship

Fom business to friendship or from Friendship to business

Banyak cerita sukses tentang keberhasilan membangun suatu hubungan pertemanan karena dilandasi awal mulanya dengan adanya hubungan kerja.Ada teman yang baru saja membuka sebuah usaha bersama setelah beberapa tahun pernah bersama menjadi atasan dan bawahan. Menurut cerita teman tadi pada waktu mereka masih bekerja disatu perusahaan dia adalah bawahan dari mitra bisnisnya. Hal utama yang kemudian menjadikan hubungan mereka menjadi akrab seperti layaknya temana adalah karena kesamaan cara pandang dan juga profesionalisme.Teman saya itu berhasil membangun hubungan profesionalisme yang dilandasi dengan keakraban karena dia dapat membuktikan bahwa sebagai bawahan dia direkrut adalah untuk meringankan pekerjaan atasannya.Bukan demi tujuan menjilat atau hanya sekedar lip service, tapi hal dibuktikan secara konsisten selama beberapa tahun mereka bekerja sama.Dia selalu datang lebih pagi dari atasannya dan pulang lebih lama.Pekerjaan yang merupakan porsinya dikerjakan dengan benar sehingga sang atasan menjadi sangat terkesan dan mempercayai itikad baiknya yang tulus yang ditunjukan melalui pencapaian prestasi kerjanya yang melebihi apa yang diharapkan. 

Begitu dekatnya hubungan mereka baik didalam maupun diluar pekerjaan sehingga orang yang baru mengenal mereka tidak mengira hubungan keduanya adalah atasan dan bawahan. Hubungan baik ini melahirkan sebuah synergi dan prestasi kerja yang sangat baik, sehingga ketika teman saya merasa sudah saatnya mengepakan sayap diluar perusahaan mereka berpisah dengan berat hati.Teman saya berhasil mencapai posisi yang cukup tinggi sebagai GM lalu menjadi direktur diperusahaan yang cukup besar.Berbeda tempat bekerja tidak memutuskan hubungan pertemanan diantara mereka, sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk membangun kerajaan bisnisnya sendiri secara bersamaan. Hubungan pertemanan yang didasarkan pada awalnya dengan hubungan atasan bawahan biasanya akan bertahan langgeng.Mereka membangun hubungan itu berdasarkan profesionalisme. Pada awalnya tidak ada sentuhan yang sifatnya pribadi seperti favoritisme, pekewuh, atau tidak enak dalam melakukan kritik atau memberikan feedback.Hubungan ini murni bisnis yang dilandasi dengan adanya rambu-rambu yang disebut peraturan perusahaan.Jika pada akhirnya mereka berhasil mengembangkan hubungan ini ketingkat yang lebih personal ini akan memperkuat hubungan bisnis yang mereka bangun.

Bisnis yang dikembangkan oleh mereka adalah pelatihan khusus untuk sales, dan yang cukup mengejutkan mereka secara konsisten berupaya mewujudkan impian mereka yaitu mencetak salesman tangguh yang bekerja dengan hati. Integritas, keuletan dan bertujuan untuk menolong agar terjalin hubungan jangka panjang adalah prinsip dasar yang harus dimiliki salesman. Jauh berbeda dengan pandangan umum yang melihat salesman adalah orang yang menghalalkan segala cara untuk dapat menjual. Waktu membuat deal untuk memakai jasa mereka, keduanya ditempat terpisah maupun bersama kelihatannya kompak dan seia sekata.Deal bisnis dilakukan dengan mudah dan dilandasi dengan semangat ”what can I do for you”.Semoga bisnis dan pertemanan mereka berjalan dengan baik dan lancar.

Berbeda dengan hubungan bisnis yang diawali dengan telah adanya hubungan pertemanan sebelumnya.Banyak yang gagal dalam membangun bisnisnya.Ada pendapat umum yang mempercayai bahwa jangan berhubungan bisnis dengan teman sendiri, karena jika gagal akan kehilangan teman. Teman yang kita kenal lucu menjadi mitra yang tidak serius dalam menjalankan pekerjaannya.Teman yang baik hati menjadi mitra yang menyusahkan karena selalu membuat keputusan bisnis yang tidak didasari oleh analisa yang matang tapi hanya berdasarkan rasa kasihan. Teman yang bijaksana menjadi mitra bisnis yang tidak bisa memutuskan dengan tegas mana yang salah dan mana yang benar.Padahal dalam pelaksanaan operasional perusahaan keputusan harus cepat dibuat apalagi jika sifatnya memaksa.Teman yang mempunyai banyak ide yang cemerlang ternyata menjadi mitra bisnis yang tidak dapat mengimplementasikan idenya menjadi sebuah keputusan sehingga kesannya jadi NATO (No Action Talk Only).

Cerita diatas hanya sebagian saja dari keadaan yang menggambarkan bagaimana ruwetnya sebuah bisnis yang dibangun diantara teman jika tidak dilandasi dengan persiapan yang matang.Jika dalam perjalanan bisnis ada yang kurang berkenan dihati.kok rasanya sungkan untuk mengemukakan secara terbuka.Jika kita berikan masukan atau kritik , mungkin akan berakhir dengan pertengkaran dan komentar” kok gitu ya? Kita kan teman.kok ga ada toleransinya? kok tidak ingat jasa yang pernah diberikan? Kok ga ingat jaman susah sepiring berdua ditempat kos? . Banyak pertimbangan untuk tidak membicarakannya secara terbuka, yang pada akhirnya akan menyimpan bom waktu.

Bukannya tidak ada bisnis yang berhasil dibangun karena berdasarkan pertemanan, yang penting kita harus mengenal betul karakter teman kita, mempunyai persamaan nilai tentang hidup dan membuat aturan main dimuka yang jelas.Jika dalam perjalanan bisnis aturan main itu dilanggar, maka ada hal yang mengatur bagaimana pembubaran bisnis ini supaya tidak merugikan kedua belah pihak.Yang terpenting adalah kesamaan pandangan hidup dan tujuan dari membuat bisnis ini untuk apa, agar tidak ada perbedaan dalam melahirkan kebijakan dalam mengelola bisnisnya.Diatas segalanya teman apalagi sahabat merupakan orang dekat yang sangat berharga jadi mustinya bekerja dengan mereka adalah hal yang menyenangkan dibandingkan jika kita harus bekerja dengan orang yang tidak kita kenal dengan baik. 

Jakarta, 10 Januari 2006-01-10

Iftida Yasar

Tidak ada komentar: