Tulisan ini dibuat setelah saya membaca tulisan Samuel Mulia di Kompas ,Minggu 30 September 2007. Intinya tentang bagaimana kalau kita telah meninggal dunia.Ada yang mau dimakamlan dengan segala atribut kemewahannya, mulai dari tata urutan upacaranya, siapa yang menjadi EO nya, siapa yang diundang atau datang pada saat pemakaman, dll. Kalau kita punya uang banyak kita bisa minta apa saja untuk pemakaman terakhir supaya orang akan mengenang bagaimana hebatnya upacara pemakaman kita
Untuk saya yang belum pernah menghadiri upacara pemakaman yang begitu megah dan mewah rasanya agak sulit membayangkan bagaimana bentuknya. Sebagai orang Islam, saya terbiasa menghadiri upacara pemakaman yang sederhana, dimana yang hadir kebanyakan adalah teman, saudara dan tetangga terdekat. Karena Islam menganjurkan agar sesegera mungkin dilakukan pemakaman maka biasanya jika tidak ada keluarga dekat yang ditunggu pemakaman harus segera dilakukan.Kalaupun yang meninggal adalah orang besar, terutama tokoh masyarakat maka yang membedakan adalah jumlah pelayat yang sangat banyak.
Seingat saya pemakaman terbesar yang pernah saya hadiri dengan jumlah pelayat yang sangat banyak adalah teman saya yang meninggal pada saat melakukan kegiatan outbond. Sebetulnya almarhum dapat saja menyelamatkan dirinya sendiri, tapi ia masih berusaha menolong temannya yang terguling masuk ke sungai pada saat rafting. Almarhum mempunyai jabatan yang cukup baik, dan juga ternyata mempunyai teman, kenalan dan sahabat yang sangat banyak.Pada waktu jenazah disemayamkan di tempat duka, banyak sekali pelayat yang hadir disana.
Saya sering sekali mengatakan bahwa orang itu dapat terlihat baik atau tidak, berguna atau tidak bagi masyarakat luas, pada saat dia meninggalkan dunia fana ini. Kalau kita termasuk orang yang baik dan bermanfaat bagi orang banyak, maka banyak yang menyayangkan kepergian kita dan mengiringinya dengan doa agar amal ibadah kita diterima Tuhan. Kalau kita termasuk dalam golongan orang yang pada saat game over banyak sekali yang bersyukur atas kepergian kita, maka celakalah kita. Mudah2an orang yang merasa bersyukur atas kematian kita adapat memaafkan dosa dan perbuatan kita agar jalan menuju Tuhan dapat sedikit lancar.
Sampai sekarangpun kalau mengingat kematian saya rasanya takut dan belum siap.Siapa sih didunia ini yang bersiap mengahadapi kematian.Padahal kematian adalah hal yang pasti terjadi, cepat atau lambat, tua atau muda kematian adalah sesuatu hal yang pasti. Begitu sibuk kita menyiapkan kedatangan tamu, menyambut hari raya lebaran, menyambut tahun baru tapi tidak pernah bersungguh-sungguh dalam menyambut kematian. Kalau membaca buku tentang kematian katanya jika kita orang baik, waktu meninggal akan pergi dengan wajah damai dan senyum. Pada saat dialam kubur kita akan tidur dengan mimpi indah sampai waktu kiamat tiba. Sebaliknya jika kita orang jahat, maka ekspresi wajah kita terlihat jelek, suram dan susah.Dialam kubur kita akan mengalami mimpi buruk terus menerus, gelisah, mendapatkan wajah-wajah seram dan menakutkan disekeliling kita, bahkan langsung disiksa dineraka. Padahal dialam kubur kita akan menunggu selama ribuan atau jutaan tahun sebelum kiamat tiba.
Oleh sebab itu jangan terlalu direpotkan dengan merancang upacara kematian atau pemakaman yang demikian mewah dan megah, karena belum tentu kita akan meninggal ditempat dimana orang-orang mengenal kita. Sempat juga terpikir oleh saya agar nanti dikuburkan ditempat yang terang dan lapang, bagus serta memudahkan bagi keluarga atau teman yang berkeinginan menjenguk kuburan saya nanti. Tapi setelah dipikir-pikir kenapa kita harus merepotkan orang yang kita tinggalkan.Biarkanlah mereka yang mengurus kita menentukan dimana praktisnya kita dikubur.Kuburan sebetulnya hanya simbol dimana jasad kita yang kotor itu berada, sebenarnya roh atau jiwa kita yang baik masih terpatri dalam ingatan keluarga atau teman-teman kita.Yang lebih penting adalah menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian itu dengan menjadi pribadi yang baik, yang bermanfaat bagi orang banyak.
Senin, 12 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar