Rabu, 08 April 2009
Dari seminar budaya kerja
pada tanggal 12 juli 2006 lalu , PT PF Indonesia bekerja
sama dengan PT Persaels dan harian Bisnis Indonesia
menyelenggarakan seminar sehari bertajuk 'Budaya Kerja :
Fungsi,Peran dan pengaruhnya terhadap kinerja organisasi.
Acara yang berlangsung di ruang Birawa Hotel Bumi Karsa,
Jakarta itu juga didukung oleh PSB Corporation,
Singapura, PT Oracle Indonesia, PT UnileverIndonesia dan radio
Smart Fm Jakarta.
Seminar yang diawali dengan keynote speech oleh Ketua
Umum DPP Apindo Sofyan Wanandi ini terbagi dalam dua sesi.
Sesi pertama menghadirkan para pembicara yang mengulas
budaya kerja dari sisi konsep. Mereka adalah Mohamed Osman
Amat (konsultanP SB Corporation,Singapura),Gunawan Loekito
(Marketing Director Oracle Indonesia), Abraham Togatorap
(HR Head UnileverI ndonesia),dan Mariko A.Yoshihara( Managing
Director JAC Indonesia).
Sedangkan pada sesi kedua usai istirahat makan siang.
pembicara yang tampil adalah Agus Budi Wasono {Senior VP
HR PT Bogasari Flourmills lndonesia), Ruby Indrakesumah
(Learning & Development Division Head Bank NISP), dan Gunawan
(GM HR Development PT Wijaya Karya). Acara ini dipandu
oleh AN Ubaedy, konsultan psikologi SDM dari Harmawan
Consulting.
Dalam sambutan pembukaannya, Sofyan Wanandi mengungkapkan,
pembentukan budaya kerja di sebuah organisasi
kini menjadi sangat penting karena budaya kerja akan berimbas
pada produktifitas.Sedangkan Osman Amat lebih banyak menyoroti
budaya kerja dari sisi organisasi. Menurutnya, ada 75
yang menjadi pilar budaya organisasi, yakni Strategy, Systems,
Structure, Shared Values, Staff, Skills dan Style.
Gunawan Loekito menceritakan, pembentukan budaya kerja
di Oracle lndonesia tercermin dalam hal trust, integrity dan respecf.
Dengan mendasarkan kepada tiga pilar tersebut diharap
kan orang-orang yang ada di Oracle Indonesia,kata Gunawan
Loekito, memiliki sifat-sifat unggul seperti inovatif, fokus pada
kebutuhan dan kepuasan para pelanggan,mampu membangun
nilai-nilai perusahaan, memiliki semangat teamwork,bekerja
dengan penuh gembira dan berbahagia.
Di Unilever Indonesia,menurut Abraham Togatorap, budaya
kerja yang berkembang lebih diarahkan pada hal-halyang bersifat
kepercayaan kepada karyawan, kebebasan untuk mengembangkan
gagasan, senantiasa fokus pada tujuan dan pemberian
penghargaan terhadap ide-ide brilian dan implementasinya.
Penghargaan terhadap ide-ide tersebut diukur dengan menggunakan
parameter tertentu, misalnya dampaknya terhadap perusahaan,
kreatifitasnya, kemampuan ide tersebut beradaptasi,
kelangsungannya hingga kontibusi ide tersebut dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan organisasi.
sementara itu, Mariko Asmara dari JAC Indonesia memaparkan beberapa sifat para pekerja jepang berdasarkan hasil riset terhadap
20 ribu perusahaan jepang. jika di tinjau dari sisi posotif, kata marko, kebanyakan pekerja jepang
adalah pekerja keras dan efisien. Selain pekerja keras, mereka juga
menghabiskan waktu kerja antara 60 sampai dengan 70 jam dalam sepekan.
Namun sisi negatifnya para pekerja jepang kurang memperhatikan keluarga mereka.
mereka juga tidak mudah percaya kepada orang lain yang bukan sesama bangsa jepang.
pada sesi kedua, agus Budi Wasono yang mengawali presentasi, dengan gayanya yang khas mengajak para peserta seminar untuk berdiri sejenak.
Agus tampaknya mengetahui , bahwa usai makan siang para peserta seminar mulai mengantuk. karena itu, dengan mengajak mereka melakukan gerakan-
gerakan ringan, akhirnya suasana seminar dapat kembali 'hidup'.
agus yang lebih banyak membuka sesi dialog dengan peserta, menggaris bawahi bahwa pada prinsipnya budaya kerja merupakan usrusan hati dan persepsi, yang mendorong
terjadinya budaya perlu ada sistem terutama yang mengatur soal reward. selain itu, untuk menciptakan budaya kerja juga diperlukan contoh yang konsisten dari atasan.
Menurut Ruby Indrakesuma yang menjadi pembicara berikutnya,
indikasi ketidak selarasan budaya kerja sebenarnya dapat diamati misalnya
dengan ketiadaan rapat-rapat formal maupun informal para pimpinan,
diperlukan waKtu yang relatif lama bagi karyawan baru
untuk diterima sebagai bagian dari tim.
gunawan dari Wijaya Karya mengungkapkan, meski Wijaya Karya adalah perusahaan BUMN, perusahaan tersebut telah lama
mengubah paradigma dan menempatkan diri sebagai mitra yang sejajar dengan klien-kliennya. "Tidak semua proyek yang kita tangani dari pemerintah, karena kami juga menangani proyek-proyek dari perusahaan swasta",katanya
Dan untuk bisa bersaing dengan perusahaan konstruksi lain,Wijaya Karya telah
memiliki budaya kerja yang mendukung sikap dan prilaku karyawan sebagai bagian dari
organisasi yang harus tetap tumbuh.
Seminar yang di pandu oleh AN Ubaedy dari Harmawan Consulting
ini sangat menarik minat para peserta. ada belasan pertanyaan yang di ajukan, dan masih banyak lagi pertanyaan yang ingin mereka sampaikan. Namun karena keterbatasan waktu,
akhirnya Ubaedy menutup sesi tanya jawab tepat pada pukul 16.30
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar