Di dunia ini katanya ada tiga macam cobaan untuk manusia, yaitu Takhta (jabatan), Harta dan Wanita. Kelihatannya cobaan ini hanya ditujukan kepada kaum laki-laki saja, rasanya kalau dilihat dari kacamata kaum wanita tidak adil kok wanita dianggap sebagai cobaan.Yang akan kita bicarakan disini adalah cobaan yang dalam bentuk jabatan, bagaimana kita mensikapi ketika diberi kepercayaan untuk menjabat suatu posisi tertentu apalagi yang penting. Bukankah jabatan itu adalah suatu prestasi yang layak diperoleh?.Apalagi jika sudah bekerja keras untuk mendapatkannya. Kenapa harus mawas diri dan merasa berat jika apa yang sudah kita cita-citakan sejak lama terwujud?.
Kita hanya tersadar untuk mawas diri jika datang musibah, kita anggap ujian dari Tuhan hanya yang bersifat musibah saja.Padahal kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, harta, kedudukan, anak , istri atau suami juga dapat merupakan cobaan bagi kita.Lihat betapa bahagia dan bersyukurnya keluarga yang anaknya atau suaminya atau istrinya yang diangkat menjadi menteri. Dalam tayangan televisi kegembiraan mereka diwujudkan dalam bentuk bersorak-sorak, ada yang langsung sujud syukur, dan hampir semuanya berwajah gembira berseri-seri dengan datangnya jabatan menteri tadi.Dapat dikatakan tidak ada yang berwajah prihatin dengan diembannya tugas berat tersebut.
Padahal jabatan adalah amanah, tugas berat yang harus ditunaikan dengan sangat hati-hati, penuh perjuangan dan kerja keras. Dengan menerima jabatan tinggi berarti harus siap dengan jam kerja yang tinggi, istirahat yang kurang, bertemu dengan banyak orang, bahkan mungkin mendapatkan fitnah dari orang yang tidak senang dengan kita. Tapi jika memang kita tidak meminta jabatan itu, dan dengan jabatan itu dapat bermanfaat bagi orang banyak terimalah. Laksanakanlah amanah yang diberikan orang lain dengan ikhlas, walaupun berat .
Saya punya teman yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan amanah sejak dia masuk disebuah departemen. Pada saat diminta untuk mengikuti test (fit and proper test) untuk jabatan direksi ia menolaknya.Ia merasa tidak mampu dan pantas untuk menduduki jabatan itu, ditambah ia melihat bagaimana beratnya godaan yang dialami oleh pejabat sebelumnya pada posisi itu. Setelah berkali-kali dipaksa dan akhirnya diperintahkan oleh atasannya, maka ia menerima amanah itu dengan berat hati. Karena jabatan itu bukan sesuatu yang diinginkannya apalagi diraihnya dengan menggunakan segala cara, maka ia sangat hati-hati dalam mengerjakan tugasnya. Ia berharap agar dapat selamat dunia akherat dalam mengemban tugas yang dipercayakan kepadanya.
Betapa sedikitnya contoh pejabat yang menolak suatu jabatan apalagi jika jabatan itu terkenal basah.Orang lain berebut bahkan menghalalkan segala cara agar dapat menduduki jabatan itu.Tidak perduli berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan jabatan itu, yang penting ada harapan modal kembali bahkan lebih besar, jika ia telah berhasil menjabat posisi tadi.Tidak heran orang seperti ini begitu ia menjabat bukannya bekerja sungguh-sungguh tapi berusaha sekuat tenaga mengembalikan modal yang telah dikeluarkannya waktu mengejar jabatan ini.Orientasinya bukan mensejahterakan rakyat tapi bagaimana modal kembali dan dirinya sejahtera.
Jabatan hanyalah pakaian sementara yang setiap saat dapat dicopot dan diganti, oleh sebab itu jangan pernah mengejar jabatan apalagi sampai jatuh bangun untuk mendapatkannya. Jika memang orang lain memilih kita untuk menduduki suatu jabatan tertentu, maka terimalah dengan ikhlas, mungkin dimata orang lain kita dianggap mampu, dianggap mempunyai nilai lebih.Laksanakanlah amanah orang banyak dengan ikhlas dan benar, semoga kita dapat bermanfaat bagi orang banyak dan mampu mensejahterakan masyarakat dengan jabatan yang kita miliki.
Sabtu, 17 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar